Upacara Adat Jawa Timur (Lengkap dengan Gambar dan Penjelasan)

Upacara adat Jawa Timur itu ada banyak. Bukan cuma yang sering kita lihat sehari-jari aja. Ternyata ada banyak nama upacara adat yang jarang banget kita ketahui.

Kalau kamu ditanya tentang upacara adat yang ada di Jawa Timur, kira-kira jawabanmu apa?

Mungkin yang paling sering diadakan aja, seperti ruwatan atau tahlilan kematian. Padahal, ada lebih banyak lagi lho upacara adat ini.

Berikut ini nama macam-macam upacara adat Jawa Timur.

Upacara Adat Jawa Timur Tingkeban

Tingkeban atau disebut juga dengan mitoni. Seperti namanya, mitoni berasal dari kata pitu atau tujuh.

Maksudnya, upacara ini dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan. Dan, dilaksanakan pada kehamilan yang pertama.

Tingkeban dilaksanan dengan cara berikut ini:

Siraman, dilakukan oleh 7 orang sesepuh, termasuk ayah dan ibu wanita yang sedang hamil, serta suami dari perempuan yang hamil.

Proses ini bermakna memohon doa restu agar persalinan lancar dan anak yang dilahirkan selamat serta sehat jasmani dan rohani.

Tahapan upacara selanjutnya adalah memasukkan telur ayam dan cengkir gading. Calon bapak memasukkan telur ayam mentah ke dalam sarung atau kain yang digunakan calon ibu melalui perut sampai telur pecah.

mitoni atau tingkeban
majalahlangitan.com

Lalu, menyusul kedua cengkir gading yang diteroboskan dari atas ke dalam kain yang digunakan calon ibu. Di bawah sarung, calon nenek menerima dua cengkir gading kemudian digendong dan diletakkan sementara di kamar.

Prosesi ini adalah simbol harapan, semoga bayi yang akan dilahirkan dengan mudah dan lancar.

Ganti Pakaian, calon ibu akan mengenakan kain putih yang digunakan sebagai dasaran pakaian pertama. Kain putih tersebut sebagai lambang kalau bayi yang akan dilahirkan adalah suci dan mendapat berkah.

Lalu, calon ibu akan berganti baju sebanyak 6 kali dan diiringi dengan pertanyaan, “Sudah pantas belum?”. Kemudian dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “Belum pantas.”, sampai yang ketujuh kali dan dijawab “Pantas.”.

Oia, kain yang digunakan dalam upacara ganti busana ini dipilih motif yang semuanya bermakna baik.

Upacara Adat Jawa Timur Kasada

upacara adat jawa timur kasada
newshub.id

Upacara Yadnya Kasada atau Kasodo, tradisi ada yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat Suku Tengger di kawasan Bromo, Tengger, Jawa Timur.

Masyarakat Tengger biasanya melakukan upacara Kasada di Pura Luhur Poten yang letaknya di Kaki Gunung Bromo. Bagi masyarakat Suku Tengger, Gunung Bromo atau disebut Brahma merupakan gunung suci.

Nah, di gunung inilah upacara Kasada rutin dilakukan tiap tahunnya. Biasanya dilaksanakan saat tengah malam sampai dini hari di bulan kesepuluh (kasodo) pada penanggalan Jawa.

Upacara ini dimaksudkan untuk memberikan penghormatan kepada leluhur. Selain itu, biasanya dilakukan juga pengangkatan seorang tabib atau dukun di tiap desa.

Biasanya, beberapa hari sebelum upacara Kasada dimulai, masyarakat Tengger akan membuat sesajen. Isinya macam-macam, berbagai hasil pertanian dan ternak.

kasada
tribunnews.com

Saat malam upacara berlangsung, masyarakat akan membawa ongkek yang isinya sesaji menuju ke pura.

Kalau waktu sudah menunjukkan tepat tengah malam, upacara pelantikan dukun dan pemberkatan umat akan berlangsung. Dan, ketika upacara selesai, ongkek-ongkek akan dibawa ke puncak gunung.

Di puncak Gunung Bromo, sesaji akan dilemparkan ke kawah sebagai simbol pengorbanan. Itu sebagai tanda wujud terimakasih mereka kepada Tuhan atas hasil pertanian dan ternak yang melimpah.

Upacara Adat Jawa Timur Labuh Sesaji

labuh sesaji telaga sarangan
tripjalanjalan.com

Labuh sesaji biasanya dilakukan oleh masyarakat di sekitar Telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur. Sebenarnya, upacara ini adalah bentuk syukur kepada Tuhan dari masyarakat sekitar Telaga Sarangan.

Tradisi labuh sesasi atau larung sesaji biasanya dilaksanakan tiap bulan Sya’ban. Tepatnya di hari Jum’at Pon. Pada hari Sabtu sampai Minggu Kliwon-nya, diadakan ritual ini oleh Pemda Magetan yang bisa dilihat seluruh warga.

Upacara labuh sesaji diawali dengan kirab tumpeng gono bahu. Kirab ini dimulai dari Kelurahan Sarangan menuju kepanggung di pinggir Telaga Sarangan.

Biasanya, pemberangkatan kirab dimulai pukul 10 pagi dari balai kelurahan. Perjalanan kirab ini peserta akan membawa sesaji dengan berjalan kaki, kecuali empat pasukan berkuda.

upacara adat jawa timur larung sesaji sarangan
timurjawa.com

Sesaji agung labuh tumpeng gono bahu akan dikumpulkan jadi satu pada sebuah punden. Setelah itu sesaji didoakan oleh sesepuh desa.

Kemudian, sesaji diangkat dan diletakkan ke dalam perahu dan dibawa mengelilingi telaga. Baru deh, sesaji dilarung atau dilabuh di telaga.

Upacara Adat Jawa Timur Ruwatan

tradisi ruwatan
antarafoto.com

Tradisi ruawatan merupakan upacara atau ritual penyucian yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Jawa. Upacara ini biasanya dikhususkan bagi orang yang nandang sukerta (orang yang ada di dalam dosa).

Nama ruwatan atau meruwat bisa diartikan sebagai mengatasi atau menghindari sesuatu kesulitan batin dengan cara mengadakan ritual.

ruwatan wayangan
lakumanah.com

Biasanya, ritual yang dilakukan menggunakan media wayang kulit. Dan, cerita yang dibawakan biasanya Murwakala.

Kalau kata ruwat sendiri berasal dari istilah Ngaruati. Makananya adalah menjaga kesialan Dewa Batara.

Jadi, upacara ruwatan biasanya dilakukan ketika seseorang atau masyarakan mengalami kesulitan hidup. Misalnya seperti anak sakit, anak tunggal yang tidak punya saudara, sulit jodoh, dan lain sebagainya.

Tahlilan Kematian

tahlilan
umroh.com

Untuk masyarakat muslim, tahlilan mungkin sudah tidak asing lagi. Hampir di tiap daerah di Indonesia ada upacara ini. Termasuk di Jawa Timur tentunya.

Dalam Islam, tahlil adalah bacaan laa ilaaha illallaah atau kalimat tauhid yang menyatakan tidak ada Illah selain Allah. Bacaan tersebut terdapat dalam syahadat dan biasanya digunakan untuk berdzikir.

Dalam tradisi Jawa kalimat tahlil ini biasanya digunakan untuk salah satu acara, yaitu tahlilan. Sebagai bacaan dzikir untuk mendoakan orang yang sudah meninggal dunia.

Selain membaca tahlil, tahlilan juga diisi dengan membaca al-Qur’an dan juga doa bersama. Biasanya, tahlilan kematian ini diadakan oleh pihak keluarga yang ditinggalkan.

Acara tahlilan pun biasanya dihadiri keluarga, tetangga, dan kerabat. Tradisi ini diadakan untuk peringatan pada hari ke 1, 3, 7, 40, 100, dan 1000 hari setelah hari kematian seseorang.

Konon, tahlilan ini awalnya diperkenalkan oleh Walisongo saat menyebarkan agama Islam di Indoensia. Tradisi ini adalah perpaduan ajaran islam dengan budaya Hindu.

Ya, karena dulu, sebelum kedatangan Walisongo, di Nusantara ini, sebagian besar masyarakat Jawa masih menganut agama Hindu. Itu karena pengaruh dari kerajaan-kerajaan Hindu di Pulau Jawa.

Kalau dalam agama Hindu, ada ritual penghormatan untuk orang yang sudah meninggal. Peringatan diadakan pada hari ke 1, 3, 7, dan seterusnya.

Sementara itu, Walisongo menyebarkan agama Islam dengan perlahan. Sebab, masyarakat Jawa, dulu masih belum dapat terbuka dengan hal-hal baru.

Karena itulah, agar dakwah Islam bisa diterima masyarakat Jawa, Walisongo menyelipkan nilai-nilai Islam dalam ritual yang sudah ada. Seperti tahlilan ini, diisi dengan doa-doa yang disyariatkan dalam Islam.

Kebo-Keboan

upacara adat jawa timur kebo keboan
photobanyuwangi.blogspot.com

Upacara kebo-keboan adalah upacara adat yang diadakan oleh masyarakat Banyuwangi. Biasanya, upacara ini diadakan untuk memohon turunnya hujan saat terjadi kemarau panjang. Kebo-keboan juga dimaksudkan untuk penolak bala.

Dalam upacara ini, selain sebuah ritual, juga ada atraksi yang menarik. Sehingga, atraksi tersebut menjadi menarik untuk dilihat dan dijadikan event wisata tahunan di Banyuwangi.

Kebo-keboan diadakan dengan mendandani orang menjadi mirip kerbau. Mereka diberi tanduk dan seluruh tubuhnya diwarnai hitam.

kebo keboan
etnis.id

Mendandani manusia menjadi kerbau ini melambangkan kalau kerbau adalah binatang yang kuat. Selain itu, kerbau menjadi tumpuan masyarakat yang berprofesi sebagai petani.

Upacara kebo-keboan ini biasanya dilaksanakan di hampir semua Desa Osing, Kecamatan Singojuruh. Misalnya saja di Desa Alasmalang dan Desa Aliyan.

Kalau di Desa Aliyan, penentuan siapa yang menjadi kerbau tidak ditentukan oleh sesepuh. Di desa ini, orang yang didandani sebagai kerbau ditentukan oleh arwah leluhur.

Berbeda dengan Desa Alasmalang, di desa ini orang yang menjadi kerbau dipilih oleh pemuka adat.

Penutup

Upacara adat Jawa Timur dan penjelasannya lengkap dengan gambarnya di atas semoga dapat menambah wawasan tentang khasanah budaya nusantara ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.