Cara Budidaya Belut Sawah yang Mudah dan Menguntungkan

Bagaimana cara budidaya belut yang benar? Sebelum masuk ke pembahasan utama tersebut, kita cari tahu dulu tentang belut ya.

Belut, salah satu binatang air yang masuk dalam golongan ikan-ikanan. Bentuk belut ini mirip seperti sidat, sama-sama hitam panjang, licin, dan biasa hidup di sawah.

Belut memiliki kelebihan dibandingkan dengan ikan jenis lainnya, dia dapat hidup walaupun dengan sedikit air, atau di dalam lumpur. Hewan licin ini memiliki dua sistem pernapasan yang akan membuatnya dapat bertahan dalam kondisi sedikit air.

Salah satu jenis ikan ini memiliki rasa yang khas dan nikmat, kandungan gizinya juga banyak. Bahkan, belut menjadi salah satu sumber protein hewani yang sangat digemari banyak orang. Konon, pada tahun 60-an, masyarakat Indonesia hanya mengenal belut sawah atau belut liar, sehingga mereka sulit untuk dapat mengonsumsi belut setiap hari.

Tapi saat ini kita akan dapat dengan mudah menemukan orang yang membudidayakan belut, sehingga hewan licin ini dapat mudah kita temui di pasaran.

Di Indonesia sendiri, untuk saat ini, jenis belut yang paling banyak dikenal adalah belut sawah, dengan nama ilmiah Monopterus albus. Tapi di beberapa daerah dikenal juga jenis belut rawa yang memiliki nama latin Synbranchus bengalensis.

Perbedaan kedua belut itu adalah postur tubuhnya. Belut sawah cenderung memiliki tubuh yang pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa ukurannya lebih panjang dan ramping. Lalu, apakah belut itu masuk jenis ikan air tawar yang biasa dikonsumsi? Jawab sendiri ya, hehehe.

Nah, karena sekarang ini banyak yang mulai membudidayakan belut, tentu kita harus mengetahui dulu apa tujuan dari pembudidayaan tersebut. Sebenarnya ada dua segmen ketika seseorang membudidayakan hewan ini. Pertama adalah pembibitan yang hasil akhirnya adalah anakan. Kedua adalah pembesaran, tentu tujuannya untuk menghasilkan belut konsumsi.

Dalam budidaya belut ini, ada yang bilang lebih mudah dari pada mengembangbiakkan ikan lho. Entah itu ikan ternak atau hanya sekedar ikan yang dipelihara saja. Kendala utama hanya masalah pengadaan bibit saja. Kebanyakan bibit didapat langsung dari alam, tapi ada juga yang membeli dari pembibitan belut. Tapi tempat pembibitan belut ini masih jarang, sehingga akan sedikit sulit menemukannya.

Ingin memulai untuk mengembangbiakkan belut? Berikut ini akan diulas bagaimana cara beternak belut yang baik dan benar agar menghasilkan.

Pemilihan Lokasi

Belut ini dapat hidup di berbagai daerah, entah itu dataran tinggi atau rendah, daerah dengan curah hujan tinggi maupun rendah. Hal ini menjadi wajar karena habitat alami belut ada di sawah yang biasa ditanami padi. Tanaman padi juga bisa tumbuh di berbagai daerah, jika daerah itu ada padi, maka kemungkinan besar dapat dijadikan tempat untuk mengembangbiakkan belut.

Air pun tak menjadi masalah, syarat untuk membudidayakan belut hanyalah terdapat air bersih. Maksudnya bersih di sini adalah tidak ada pencemaran limbah, baik limbah pabrik, detergen, atau pestisida. Untuk suhu airnya, belut akan tumbuh dengan baik pada air yang suhunya 25-31°C

Air yang bersih tadi diperlukan terutama untuk anakan belut, yang ukurannya kira-kira sekitar 1-2 cm. Tapi ketika belut sudah dewasa, kondisi air ini sudah tidak menjadi masalah lagi karena belut dewasa umumnya hidup di air keruh atau bahkan air berlumpur.

Memilih Bibit Belut

Bibit Belut
kampungorganikblitar.blogspot.co.id

Mengadakan bibit belut bisa dengan membelinya dari hasil budidaya atau hasil tangkapan di alam bebas. Kedua jenis bibit tersebut tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Kelebihan dari bibit yang merupakan hasil tangkapan memiliki rasa yang lebih gurih sehingga harga jualnya akan lebih tinggi. Sedangkan kekurangannya adalah ukurannya yang tidak seragam dan ada kemungkinan belut menjadi trauma karena metode penangkapan yang dilakukan.

Kekurangan dari bibit hasil budidaya adalah harga jual biasanya lebih rendah dari pada belut tangkapan. Sedangkan kelebihan bibit budidaya adalah memiliki ukuran yang seragam, tersedia dalam jumlah yang banyak, dan ketersediaannya bisa terjamin.

Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki ketahanan tubuh yang relatif sama karena biasanya bibit tersebut berasal dari indukan yang seragam atau sama.

  1. Untuk memilih bibit yang baik, kamu harus memerhatikan beberapa kriteria.
  2. Gerakannya lincah dan aktif, serta belut tidak loyo.
  3. Ukuran belut seragam, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemeliharaan dan menekan terjadinya kanibalisme atau saling mangsa antar belut satu dengan yang lain.
  4. Fisiknya bagus, tidak terluka ataupun cacat.
  5. Bebas penyakit.

Bibit untuk segmentasi pembesaran biasanya dipilih yang berukuran panjang sekitar 10-12 cm. Bibit dengan ukuran tersebut membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan untuk pemeliharaannya, hingga siap dikonsumsi. Sedangkan jika untuk keperluan ekspor, maka ukuran yang dikehendaki lebih besar, biasanya membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 6 bulan.

Kolam Budidaya

Kolam penuh Belut
juraganbibitlele.blogspot.co.id

Untuk membudidayakan belut, kita bisa memakai kolam permanen ataupun semi permanen. Kolam permanen biasanya menggunakan kolam tanah, di sawah, atau kolam dari beton. Kalau kolam semi permanen, kamu bisa memakai kolam terpal, tong, drum, kontainer plastik, atau jaring.

Cara yang sekarang akan kita coba adalah menggunakan kolam tembok. Kolam jenis ini dipilih karena lebih kuat dan umur ekonomisnya bias sampai lima tahun.

Kamu bisa membangun kolam tembok dengan luas yang disesuaikan dengan lahan dan juga kebutuhan. Ketinggian kolam yang dibangun kira-kira 1-1,25 meter. Kolam harus dilengkapi dengan lubang pengeluaran yang agak besar, fungsinya untuk memudahkan penggantian media tumbuh.

Jika menggunakan kolam yang masih baru, sebaiknya kolam dikeringkan terlebih dulu selama beberapa minggu. Setelah itu kolam direndam dengan air yang ditambahkan daun pisang, pelepah pisang, atau sabut kelapa. Kemudian dilakukan pencucian minimal sebanyak tiga kali agar bau semen hilang.

Media Tumbuh

Kalau di alam bebas, belut akan mudah ditemukan di perairan yang berlumpur. Nah, lumpur itu merupakan tempat berlindungnya belut. Jadi ketika kita akan budidaya belut, dibutuhkan juga media lumpur ini.

Kita bisa menggunakan beberapa bahan untuk membuat lumpur, seperti kompos, lumpur sawah, humus, sekam padi, pupuk kandang, pelepah pisang, jerami padi, tanaman air, dedak, dan juga mikroba dekomposer.

Untuk membuat media lumpur ini, sebenarnya tidak ada patokan khusus mengenai komposisi material organiknya. Semua tergantung kebiasaan dan juga pengalaman yang sudah didapat. Kamu bisa meramu sendiri media lumpur dari bahan yang mudah didapat di sekitar rumah.

Langkah Membuat Media Tumbuh

Berikut ini ada contoh untuk membuat media pertumbuhan belut. Kamu bisa mencoba cara ini atau mencari bahkan meramu sendiri sampai menemukan hasil yang pas.

  1. Pertama bersihkan dan keringkan kolam, lalu masukkan jerami yang telah dirajang pada dasar kolam dengan ketebalan sekitar 20 cm.
  2. Kemudian masukkan pelepah pisang yang juga sudah dirajang di atas lapisan jerami dengan tebal 6 cm.
  3. Tambahkan kompos, pupuk kandang, atau tanah humus di atas pelepah pisang, buat ketebalannya 20-25 cm. Penggunaan pupuk organik ini akan berfungsi untuk memicu pertumbuhan biota yang nantinya dapat menjadi makanan alami bagi belut.
  4. Lalu siram lapiasn media tumbuh dengan cairan bioaktivator atu mikroba dekomposer. Kamu bisa menggunakan misalnya seperti larutan EM4.
  5. Setelah itu tutup dengan lumpur sawah setebal 10-15 cm dan diamkan media tumbuh ini selama 1-2 minggu, agar dapat terfermentasi dengan sempurna.
  6. Setelah didiamkan, alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media yang telah difermentasi untuk membersihkan racun yang ada. Debit air yang dialirkan jangan terlalu deras agar tidak terjadi erosi pada media.
  7. Untuk langkah terakhir, tambahkan air bersih pada media tumbuh sampai menggenang. Air yang ditambahkan memiliki kedalaman 5 cm dari permukaan. Kamu bisa juga memberikan tanaman air seperti eceng gondok, tetapi jangan terlalu banyak.
  8. Jika proses dilakukan dengan baik dan benar, kita nanti akan mendapatkan lapisan lumpur dengan tebal sekitar 60 cm. Setelah itu, baru deh kita dapat menebar bibit belut-nya.

Penebaran Bibit dan Pengaturan Air

Belut ini mirip seperti lele, biasanya hewan ini bisa dibudidayakan dengan kepadatan yang cukup tinggi. Kita bisa menebar bibit belut yang panjangnya 10-12 cm sekitar 50-100 ekor per meter persegi.

Penebaran bibit bisa dilakukan saat pagi atau sore hari, tujuannya agar belut tidak menjadi stres.

Jika menggunakan bibit yang berasal dari hasil tangkapan di alam, sebaiknya mengkarantinanya terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina ini dilakukan dengan menempatkan bibit di dalam air bersih yang mengalir. Selama proses karantina, belut diberi makan berupa kocokan telur.

Sirkulasi air juga harus diperhatikan, kita perlu mengatur sirkulasi air ini dengan seksama. Jangan mengalirkan air terlalu deras sehingga seperti kalau di sawah alirannya, Cukup yang penting ada sirkulasi air saja.

Kedalaman air juga perlu diperhatikan, hal ini akan berpengaruh terhadap postur tubuh belut. Jika air terlalu dalam, belut akan banyak bergerak menuju permukaan, sehingga belut akan menjadi lebih kurus.

Pemberian Pakan

Pemberian pakan usahakan jangan sampai ada keterlambatan karena belut merupakan hewan yang rakus. Jika kita sampai terlambat memberi makan, bisa-bisa akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Terutama kalau belut baru saja ditebar ke media.

Banyaknya pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan bobot populasi belut. Umumnya, belut membutuhkan jumlah pakan sekitar 5-20% dari bobot tubuhnya per hari.

Berikut ini contoh kebutuhan pakan harian jika kita membudidayakan belut dengan bobot populasi 10 kg.

  • Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
  • Umur 1-2 bulan: 1 kg
  • Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
  • Umur 3-4 bulan: 2 kg

Pakan yang diberikan bisa berupa pakan hidup atau mati.

Untuk belut yang masih kecil (larva) pakan hidupnya berupa zooplankton, cacing, kutu air, kecebong, larva serangga, atau larva ikan.

Belut dewasa pakan hidupnya dapat berupa ikan, serangga, katak, bekicot, kepiting yuyu, keong, atau belatung.

Pakan hidup bisa diberikan dengan frekuensi sebanyak tiga hari sekali.

Untuk pakan mati, kita bisa memberikan cincangan bekicot, bangkai ayam, cincangan kepiting yuyu, ikan rucah, atau pelet.

Sebaiknya, pakan mati ini sebelum diberikan ke belut direbus terlebih dahulu. Kita bisa memberikan pakan mati ini 1-2 kali setiap hari.

Waktu pemberian juga perlu diperhatikan, karena belut merupakan hewan nokturnal, pemberian pakan yang paling efektif adalah sore atau malam hari. Kecuali jika tempat budidayanya ternaungi, kita bisa memberikan pakan sepanjang hari.

Pemanenan Belut

Sebenarnya tidak ada patokan besar belut yang dikatakan siap untuk dikonsumsi. Tapi, umumnya pasar domestik menghendaki belut dengan ukuran yang lebih kecil, sedangkan untuk ekspor ukuran belut-nya lebih besar.

Jika yang kamu tembak adalah pasar domestik, lama pemeliharaan belut sekitar 3-4 bulan, tapi jika untuk ekspor, waktunya bisa 3-6 bulan atau bahkan lebih. Waktu pemeliharaan ini biasanya dihitung dari ketika bibit mulai ditebar.

Kita dapat memilih di antara dua cara memanen belut, mau dipanen sebagian atau total. Panen sebagian dapat dilakukan dengan memanen terlebih dahulu semua belut, baru kemudian dipisahkan belut yang masih kecil dan dipisahkan untuk dipelihara lagi.

Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada belut intensif. Maksudnya adalah pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan dengan cermat dan teliti. Sehingga, belut yang dihasilkan mempunyai ukuran dan bobot yang lebih seragam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.